DIARPUS – Memasuki hari kedua, kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Informasi yang diselenggarakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo kembali digelar di Aula Perpustakaan Umum H.B. Jassin, Rabu (18/06/2025).
Bimtek yang diikuti para pustakawan, guru, dan pegiat literasi ini menghadirkan lima narasumber berkompeten, yaitu:
- Drs. Yusron Humonggio, M.Pd. dengan materi Kebutuhan Informasi
- Amiruddin, S.Kom., M.Kom., MCF. dengan materi Penelusuran Informasi
- Dr. Yolanda Octavia Mokoagow, M.Si. dengan materi Evaluasi Informasi
- Dr. Ampauleng Zainuddin, S.Hum., M.Pd. dengan materi Analisis-Sintesis Informasi
- Ade Yul Pascasari Katili, S.IP., MA. dengan materi Diseminasi Informasi.
Kegiatan diawali dengan laporan pelaksanaan yang disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo, Ridwan Hemeto. Dalam laporannya, Ridwan menekankan bahwa literasi informasi adalah kunci menghadapi era digital dan mendukung terciptanya masyarakat yang kritis dan cerdas dalam menyaring informasi.
Acara kemudian dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo, Sofian Ibrahim. Dalam sambutannya, Sofian memberikan dorongan motivasi sekaligus mengingatkan pentingnya budaya literasi di tengah derasnya arus informasi digital.
“Bayangkan, dalam satu menit saja ada 10 juta pesan beredar lewat SMS dan WhatsApp. Dalam satu menit juga, 4,1 juta orang menonton video di YouTube. Itu baru sebagian kecil. Setiap hari kita dibanjiri informasi dari berbagai arah,” kata Sofian, mengawali pidato dengan data yang menggugah perhatian peserta.
Ia menegaskan, tantangan terbesar masyarakat saat ini bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, tetapi bagaimana bisa memilah mana informasi yang benar dan mana yang menyesatkan.
“Literasi itu bukan sekadar bisa baca tulis, tapi juga kemampuan memahami, menganalisis, dan berpikir kritis. Ini tameng kita dari hoaks yang makin merajalela,” tegasnya.
Sofian juga menyoroti masih perlunya perhatian serius terhadap literasi di Indonesia. Meski angka buta huruf di Indonesia tinggal satu persen, hal itu belum sejalan dengan tingkat literasi yang benar-benar matang di masyarakat.
Lebih lanjut, upaya membangun literasi di Gorontalo sangat sejalan dengan program prioritas Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah, yang salah satunya tertuang dalam visi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Program ini menitikberatkan pada penguatan sektor pendidikan, transformasi layanan perpustakaan, serta pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi inklusif hingga ke tingkat desa dan sekolah.
“Harapannya, kegiatan Bimtek ini jadi titik awal memperluas gerakan literasi dari pusat kota sampai pelosok desa, agar masyarakat Gorontalo semakin cerdas, berdaya saing, dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan,” pungkas Sofian.
Dengan semangat kolaborasi dan dukungan seluruh stakeholder, DIARPUS berharap Bimtek Literasi Informasi ini dapat menjadi wadah peningkatan kapasitas pustakawan, guru, dan pegiat literasi untuk mendidik masyarakat yang siap menghadapi tantangan era informasi yang kian dinamis. (PPID Arpus)